Asiknya Belajar Sastra di Museum Kata Andrea Hirata - Fadianji123.com

Breaking

Ngeblog yuk,,, Semua Info-Info tentang Indonesia Ada di sini

Post Top Ad

Post Top Ad

Senin, 03 April 2017

Asiknya Belajar Sastra di Museum Kata Andrea Hirata

Keindahan pulau Belitung turut terbantu tersiar hingga ke dunia Internasional berkat film Laskar Pelangi. Hal ini tentunya membantu meningkat-kan kunjungan wisatawan lokal maupun asing untuk datang ke Belitung. Kebanyakan para wisatawan ingin mencoba menelusuri jejak-jejak Laskar Pelangi sembari mengeksplorasi pulau Belitung yang keindahan-nya tidak kalah dengan pulau-pulau lain di Indonesia. 

Seiring dengan perkembangan pariwisata yang terus meningkat di Belitung, selain lokasi-lokasi shooting film seperti sekolah SD Laskar Pelangi, lokasi pertambangan timah pada zaman kolonial hingga set pantai yang banyak terdapat batu-batu besar, anda juga bisa mencoba mengunjungi sebuah museum yang bernama Museum Kata Andrea Hirata. 

Untuk berwisata ke Belitung, saat ini banyak sekali agen tiket penerbangan dan hotel yang menawarkan harga terbaik. Tidak perlu bingung dalam mencari agen tiket, untuk perjalanan ke sana, anda bisa pesan tiket online pesawat dan hotel melalui Reservasi.com.

Museum Kata didirikan oleh Andrea Hirata selaku novelis dari Laskar Pelangi pada tahun 2010. Museum yang terletak di Jalan Raya Laskar Pelangi No.7, Gantong, Belitung Timur ini menyimpan berbagai macam literatur dari berbagai macam jenis. Disini anda bisa menemukan literatur musik, seni, dan masih banyak lagi jenis lainnya, anda juga tentunya bisa menemukan novel-novel karya Andrea Hirata, yang juga bertindak sebagai kurator di museum ini.
Museum Kata Andrea Hirata
Dibangun atas idealisme Andrea Hirata, Museum Kata memiliki bagian-bagian khusus seperti kantor pos yang bisa digunakan untuk menulis surat dan mengirim kartu pos. Andrea menjalankan museum ini dibantu oleh beberapa warga lokal dan dirinya sendiri juga terjun mengelolanya langsung, salah satunya dengan mengajar anak-anak dalam mempelajari bahasa Inggris. Yang menjadikannya istimewa, bagian depan dari museum kata ini merupakan sebuah rumah yang sudah berusia 200 tahun lebih, usia yang cukup tua dan bersejarah bagi sebuah bangunan.

"Fiction is the new power."

Kalimat itu menyambut para pengunjung yang bertandang ke Museum Kata yang bangunannya dicat warna-warni bagai pelangi. Tembok warna-warni yang di museum ini seolah mengingatkan kembali buku Laskar Pelangi yang ditulis oleh Andrea.
Di museum ini, terdapat lebih dari 200 literatur dari berbagai genre, seperti literatur musik, literatur film, literatur anak, literatur seni, hingga literatur arsitektur. Meski banyak memasukkan karya penulis luar, kearifan lokal tidak luput dihadirkan di museum ini. Hal itu bisa dilihat dengan adanya sebuah ruangan di museum ini yang menyajikan informasi mengenai geografi Belitung Timur, lengkap dengan contoh bebatuan asli di tempat ini, yaitu batu satam. 

Ini merupakan museum kata yang pertama di Indonesia, dan mungkin, satu-satunya di negeri ini. 
Ide dari pembuatan museum kata, Andrea terinspirasi dari museum The Mark Twain Boyhood Home and Museum di Hannibal, Missouri, Amerika Serikat saat ia mendapatkan beasiswa untuk belajar sastra di University of Lowa selama tujuh bulan. Dari situlah, inspirasi museum kata datang kepadanya. 

Museum ini juga sebagai pelunasan janji Andrea kepada publik. Di kala profit penjualan buku Laskar Pelangi melambung, Andrea pernah berjanji bahwa ia akan mengalokasikan royalti untuk membuat sesuatu yang berbau pendidikan. Museum ini tidak memungut biaya. Siapapun gratis berkunjung ke museum ini. Padahal, biaya operasional museum ini bisa mencapai Rp 10 juta per bulan. Sementara, pembangunan museum ini hampir mencapai Rp 1 miliar, karena tanpa bantuan pemerintah, museum ini sangat bergantung kepada pemasukan Andrea dari hasil penjualan novel-novelnya.

Atas nama idealisme, Andrea memilih tidak membangun museum ini di kota besar, melainkan di kampung halamannya. Selain terasa lebih berarti, Andrea juga ingin memberdayakan orang lokal di daerahnya, hal itu tersebut ia wujudkan dengan mempekerjakan enam orang lokal untuk mengurus operasional museum sehari-hari.

Datang ke museum ini, pengunjung akan diajak melakukan napaktilas perjalanan novel Laskar Pelangi. Mulai dari cuplikan halaman per halaman novel laris tersebut hingga diangkat menjadi sebuah film yang sangat laris di Indonesia. Foto-foto yang dipasang di halaman museum seperti bercerita mengenai perjalanan karya Andrea Hirata yang menjadi salah satu sastrawan kebanggaan masyarakat Belitung ini.

Masuk ke dalam museum, suasana itu semakin terasa. Di ruang ini, dapat dilihat foto-foto sang penulis dengan kalimat-kalimat inspiratif. Salah satunya adalah yang bertuliskan “Bermimpilah karena Tuhan anak memeluk mimpi-mimpimu”.Masuk lebih ke dalam, pengunjung akan disambut dengan sebuah ruang yang sangat nyaman, lengkap dengan meja beserta buku-buku yang dibiarkan berserakan di atas meja. Ruang utama ini menjadi penghubung ke ruang-ruang yang diberi nama berdasar nama-nama tokoh dalam Laskar Pelangi.

Ruang pertama adalah Ruang Ikal. Di ruang ini, pengunjung dapat melihat cuplikan novel yang menggambarkan sosok Ikal. Foto adegan ketika Ikal berpisah dengan Lintang pun menjadi pemandangan yang menarik di ruang ini. Foto ini diambil dari salah satu adegan film yang disutradarai oleh Riri Reza.

Di sebelah Ruang Ikal, terdapat Ruang Lintang. Lintang merupakan sosok cerdas yang dibanggakan teman-temannya. Di ruang ini, pengunjung dapat melihat foto-foto tokoh Lintang yang diambil dari film Laskar Pelangi. Di antaranya adalah foto Lintang dengan sepeda kesayangannya dan foto Lintang saat berboncengan dengan Ikal.

Selain itu, terdapat satu ruang lain yang letaknya agak terpisah dengan Ruang Lintas dan Ruang Ikal. Ruang tersebut adalah Ruang Mahar. Mahar dikenal sebagai sosok nyentrik yang menyukai berbagai bentuk kesenian. Di ruang ini, pengunjung dapat melihat foto-foto seniman yang menjadi inspirasi Mahar, salah satunya adalah Rhoma Irama.

Setelah melewati ruang Mahar, pengunjung akan sampai ke Ruang Dapur. Di ruang ini, pengunjung akan melihat sebuah dapur yang diubah menjadi warung kopi. “Warkop Kopi Kuli”, begitulah kalimat yang tertulis pada dinding di ruang ini. Di sini, pengunjung dapat memesan kopi sebagai teman bersantai atau berbincang-bincang menikmati suasana museum.

Museum Kata Andrea Hirata menjadi museum sastra pertama dan satu-satunya di Indonesia. Berkunjung ke museum ini bisa membuat pengunjung mengenal bagaimana karya sastra menjadi bagian penting bagi kehidupan. Dari museum ini, anda bisa mendapatkan inspirasi untuk lebih mencintai karya sastra, baik yang ada di Indonesia maupun luar negeri. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad